Hacker Twitter 2020, Joseph James O’Connor, Divonis 5 Tahun Penjara

Joseph James O'Connor, yang dikenal sebagai PlugWalkJoe, yang dihukum lima tahun penjara atas perannya dalam peretasan besar-besaran Twitter 2020, yang merugikan banyak korban

Oleh: Rendy Andriyanto
Hacker dan Scammer di Twitter

Hacker dan Scammer di Twitter

  • Joseph James O’Connor, dikenal sebagai PlugWalkJoe, divonis lima tahun penjara atas peran dalam peretasan Twitter 2020. Dia menggunakan teknik social engineering dan serangan SIM swap untuk meretas akun terkenal dan mencuri cryptocurrency.
  • O’Connor, warga Inggris berusia 24 tahun, dihukum karena peretasan yang melibatkan akun Twitter beberapa tokoh terkenal dan penipuan cryptocurrency. Perbuatan ini menghasilkan kerugian finansial dan emosional yang substansial bagi korban.
  • Hacker di balik peretasan Twitter 2020, O’Connor, dihukum lima tahun penjara dan harus menyerahkan $794.000 hasil penipuannya. Insiden ini menghasilkan perubahan kebijakan keamanan di Twitter.

Seorang warga Inggris berusia 24 tahun, yang dikenal dengan nama online PlugWalkJoe, yakni Joseph James O’Connor, telah dijatuhi hukuman penjara lima tahun atas perannya dalam peretasan Twitter pada tahun 2020.

O’Connor, yang diekstradisi dari Spanyol ke Amerika Serikat pada April lalu, mengaku bersalah atas empat dakwaan peretasan komputer, penipuan wire, dan cyberstalking pada bulan Mei.

O’Connor dikenal sebagai salah satu dari beberapa pelaku utama di balik peretasan besar-besaran Twitter yang meresahkan pengguna di seluruh dunia. 

Peretasan tersebut melibatkan akun beberapa tokoh terkenal seperti Elon Musk, Bill Gates, Barack Obama, dan Joe Biden. Setelah berhasil mendapatkan akses ke akun-akun tersebut, O’Connor dan krunya melakukan penipuan cryptocurrency yang berhasil mengumpulkan sekitar $794.000.

Teknik Peretasan SIM Swap dan Social Engineering

Keahlian teknologi O’Connor tampaknya menjadi faktor utama dalam peretasan ini. Menurut Jaksa Penuntut Umum, O’Connor memanfaatkan kemampuannya dengan tujuan jahat.

Dia melakukan serangan SIM swap yang kompleks untuk mencuri jumlah besar cryptocurrency, meretas Twitter, melakukan instruksi komputer untuk mengambil alih akun media sosial, dan bahkan melakukan cyberstalking terhadap dua korban, termasuk seorang korban yang masih di bawah umur.

Di sisi lain, O’Connor dan rekan-rekannya juga menggunakan taktik social engineering untuk menipu karyawan Twitter, berpura-pura sebagai bagian dari departemen IT Twitter, dan akhirnya mendapatkan akses ke jaringan Twitter.

Peretasan ini memiliki dampak yang cukup signifikan, tidak hanya bagi Twitter dan para korban langsung, tetapi juga bagi seluruh komunitas online. Twitter merespons insiden ini dengan mencegah pengguna untuk melakukan tweet sementara waktu dan mereset kata sandi akun yang diduga terlibat. 

Selain itu, Twitter juga memperkenalkan kunci keamanan hardware bagi karyawannya untuk mencegah upaya phishing di masa depan. Peretasan ini juga membuat Twitter mengevaluasi dan meningkatkan kontrol keamanan cyber mereka.

Perbuatan O’Connor, yang dianggap “bodoh dan tidak berguna” oleh dirinya sendiri dalam persidangan, tidak hanya menyebabkan kerugian finansial, tetapi juga menyebabkan “kerusakan emosional yang substansial” bagi korbannya, seperti yang dinyatakan oleh Jaksa Agung AS, Kenneth Polite Jr. kepada BBC.

Hukuman ini menjadi pengingat bahwa cybercrime adalah perbuatan serius dengan konsekuensi yang serius pula. Dan bagi kamu pengguna internet, ini adalah pengingat penting untuk selalu waspada dan melindungi informasi pribadi kamu di dunia digital.

Kabar Terkait