Gugatan Besar Menyasar OpenAI: Privasi Pengguna dalam Bahaya?

OpenAI dan Microsoft terancam gugatan hukum besar atas tuduhan pengambilan data pribadi secara massal untuk melatih model AI. Bagaimana hal ini mempengaruhi privasi pengguna?

Oleh: Rendy Andriyanto
Sam Altman

Sam Altman : “Sam Altman AI US Senate” tersedia di https://news.sky.com/story/who-is-sam-altman-the-openai-boss-and-chatgpt-guru-who-is-now-one-of-ais-biggest-players-12898698

  • OpenAI, perusahaan teknologi yang menjadi pemimpin dalam industri kecerdasan buatan (AI), menghadapi gugatan hukum terkait tuduhan pengambilan data pribadi dalam jumlah besar dari internet untuk melatih model AI mereka tanpa izin.
  • Bukan hanya OpenAI yang mendapat sorotan, tetapi juga Microsoft, yang berencana berinvestasi di OpenAI, dituduh dalam gugatan yang sama. Para penggugat menuding OpenAI telah meninggalkan prinsip aslinya demi keuntungan komersial.
  • Gugatan ini mengajukan pertanyaan besar tentang keseimbangan antara privasi dan teknologi generatif, sekaligus menantang transparansi OpenAI terhadap pengguna mereka. Kasus ini menjadi peringatan bahwa dalam merangkul AI, kita juga perlu mempertimbangkan implikasi privasi dan bagaimana data kita digunakan oleh perusahaan-perusahaan ini.

Inilah era baru artificial intelligence (AI) dan kita berada di titik yang sangat krusial. OpenAI, perusahaan yang berada di garis depan industri AI, kini mendapat tekanan dari gugatan hukum yang dituduhkan oleh sekelompok individu anonim.

Mereka mendakwa bahwa OpenAI telah melanggar hukum privasi data dalam upayanya mencari keuntungan dengan mencuri “jumlah besar” data pribadi untuk melatih model AI-nya.

Menurut tuntutan hukum yang tebalnya mencapai 157 halaman ini, OpenAI dilaporkan telah mengambil 300 miliar kata dari internet tanpa persetujuan.

Sumber yang dicuri mencakup buku, artikel, situs web, dan postingan — termasuk informasi pribadi yang diperoleh tanpa izin.

Banyak yang merasa terpukul oleh tindakan OpenAI ini. Para penggugat, yang ditutupi oleh inisial untuk menghindari balasan, mengklaim potensi kerugian hingga $3 miliar, berdasarkan kategori individu yang merasa dirugikan yang mereka diperkirakan mencapai jutaan.

Microsoft Juga Terseret, OpenAI Dianggap Abaikan Prinsip Aslinya

Bukan hanya OpenAI yang berada di bawah sorotan. Microsoft Corp., yang berencana berinvestasi sebesar $13 miliar di OpenAI, juga disebut sebagai terdakwa dalam gugatan ini.

ChatGPT dan aplikasi AI generatif lainnya telah menciptakan antusiasme yang luar biasa atas janji teknologi tersebut. Namun, mereka juga menyalakan api perdebatan tentang privasi dan disinformasi.

Para penggugat mengklaim bahwa OpenAI, dalam upayanya mengejar keuntungan, telah meninggalkan prinsip aslinya untuk memajukan kecerdasan buatan “dengan cara yang paling mungkin menguntungkan umat manusia secara keseluruhan.”

Perdebatan ini membawa kita ke pusat pertanyaan besar yang belum terjawab yang menggantung di atas lonjakan alat AI “generatif” seperti chatbot dan generator gambar. Dalam perkembangan ini, apakah rasa ingin tahu kita terhadap teknologi baru telah melampaui kebutuhan kita untuk privasi?

Lawsuit ini juga menantang transparansi OpenAI terhadap pengguna yang mendaftar untuk menggunakan alat mereka, bahwa data yang mereka masukkan ke dalam model mungkin digunakan untuk melatih produk baru yang akan memberikan keuntungan bagi perusahaan.

Kasus ini mengingatkan kita bahwa dalam merangkul AI, kita juga harus mempertimbangkan implikasi yang lebih luas terhadap hak-hak pribadi dan bagaimana perusahaan-perusahaan ini memanfaatkan data kita.

Di era digital yang semakin berkembang ini, di mana batas antara teknologi dan privasi semakin kabur, kita harus lebih kritis dan berhati-hati dalam menjaga data pribadi kita.

Kabar Terkait