Menghadapi Emisi Karbon: Inovasi, Teknologi, dan Aksi Global

Langkah signifikan menghadapi perubahan iklim dan tentang bagaimana teknologi terbarukan dan kendaraan listrik membentuk masa depan rendah karbon.

Oleh: Lusiana Haryanti
Emisi Karbon

Perubahan iklim merupakan salah satu isu lingkungan terpenting di era kita. Inti dari masalah ini adalah emisi karbon dioksida (CO2), yang merupakan gas rumah kaca utama yang berkontribusi terhadap pemanasan global.

Gas ini dilepaskan melalui berbagai aktivitas manusia, seperti pembakaran bahan bakar fosil, penggunaan energi di industri, dan deforestasi. Emisi karbon dioksida memiliki dampak langsung terhadap perubahan iklim, menyebabkan kenaikan suhu global, pencairan es kutub, dan perubahan pola cuaca yang ekstrem.

Tahun 2022 mencatatkan peningkatan emisi karbon dioksida menjadi 36,8 gigaton, angka tertinggi dalam sejarah. Peningkatan ini dipicu oleh pemulihan sektor penerbangan pasca-pandemi dan terus beroperasinya pembangkit listrik tenaga uap batu bara.

Meskipun ada peningkatan, laju emisi karbon dioksida tahun 2022 lebih lambat dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi global, yang mencerminkan pemulihan ekonomi yang cepat dengan emisi tinggi sejak pandemi Covid-19.

Tanpa langkah energi bersih, pertumbuhan emisi CO2 akan menjadi hampir tiga kali lipat, menurut Direktur Eksekutif International Energy Agency, Fatih Birol​​​​.

Setidaknya ada tiga sumber utama yang berkontribusi besar dalam memperparah emisi karbon, diantaranya sektor industri dan pembangkit listrik, transportasi, dan pertanian serta deforestasi.

Sektor industri dan pembangkit listrik merupakan kontributor besar emisi karbon. Pembakaran batu bara dan minyak bumi dalam sektor ini telah menyumbang peningkatan emisi CO2.

Khususnya, emisi dari batu bara meningkat 1,6% pada tahun 2022, menandai rekor tertinggi sepanjang masa. Pemulihan ekonomi pasca-pandemi telah mendorong peningkatan aktivitas industri, yang berkontribusi langsung terhadap peningkatan emisi ini.

Sektor transportasi, termasuk kendaraan pribadi, penerbangan, dan transportasi laut, juga merupakan sumber emisi karbon yang signifikan. Penerbangan, khususnya, telah mengalami peningkatan aktivitas yang signifikan setelah pandemi, yang berkontribusi terhadap kenaikan emisi dari minyak bumi.

Pertanian dan deforestasi juga berperan dalam peningkatan emisi karbon. Aktivitas pertanian, terutama peternakan, menghasilkan emisi metana, sedangkan deforestasi mengurangi jumlah pohon yang dapat menyerap CO2 dari atmosfer.

Teknologi untuk Menurunkan Emisi Karbon

Meski begitu, bukan berarti tidak ada upaya yang dilakukan dunia untuk menurunkan besarnya angka emisi karbon yang sudah terjadi, mulai dari penggunaan energi alternatif, kampanye gaya hidup berkelanjutan, dan carbon capture.

1. Energi Alternatif

Teknologi terbarukan seperti tenaga surya, angin, dan hidro menjadi pilihan utama dalam mengurangi emisi karbon. Energi ini bersih dan berkelanjutan, menghasilkan listrik tanpa emisi CO2. Penggunaannya terus berkembang, memberikan solusi efektif untuk mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil.

2. Teknologi Penangkapan dan Penyimpanan Karbon (Carbon Capture and Storage, CCS)

CCS adalah teknologi yang menangkap emisi CO2 dari sumber-sumber seperti PLTU batu bara dan pabrik industri, lalu menyimpannya di bawah tanah. Di Indonesia, teknologi ini masih didominasi oleh sektor migas, dengan pemanfaatan yang terbatas di sektor lain karena biayanya yang tinggi.

Namun, potensi peningkatan produksi migas dengan CCS menarik perhatian, meskipun efektivitasnya dalam mengurangi emisi GRK secara luas masih perlu dievaluasi lebih lanjut​​.

3. Inovasi dalam Efisiensi Energi untuk Industri dan Rumah Tangga

Pengembangan teknologi yang meningkatkan efisiensi energi di sektor industri dan rumah tangga juga berperan penting. Ini mencakup peralatan yang lebih hemat energi, isolasi bangunan yang lebih baik, dan sistem pemanasan serta pendinginan yang efisien.

Lalu, bagaimana dengan kendaraan listrik yang saat ini banyak digadang-gadang bisa menurunkan emisi karbon? Sampai-sampai pemerintah banyak memberi subsidi dan kampanye yang tidak habis-habis?

Pada kenyataannya, kendaraan listrik (EV) merupakan langkah maju dalam mengurangi emisi dari sektor transportasi. Pengembangan dan penyebaran EV terus berkembang, didorong oleh inovasi teknologi baterai dan infrastruktur pengisian daya.

Transportasi umum yang ramah lingkungan, seperti bus listrik dan kereta api yang menggunakan energi terbarukan, menjadi solusi penting. Mereka menawarkan alternatif efisien untuk kendaraan bermotor pribadi, mengurangi emisi secara keseluruhan.

Di sisi lain, hidrogen sebagai bahan bakar alternatif menjanjikan pengurangan emisi yang signifikan, khususnya dalam sektor transportasi dan industri. Teknologi ramah lingkungan ini masih dalam tahap pengembangan dan uji coba, namun memiliki potensi besar sebagai sumber energi bersih masa depan.

Inovasi dan Terobosan di Indonesia

Perusahaan seperti PT Pertamina (Persero) telah melakukan inovasi bisnis signifikan dalam dekarbonisasi. Hingga akhir tahun 2022, Pertamina berhasil mengurangi emisi sebanyak 7,9 juta ton CO2e, setara dengan 31,06% dari baseline emisi tahun 2010.

Upaya ini mencakup pengembangan green business dan green operation, implementasi dekarbonisasi, serta penggunaan teknologi hijau dan inovasi digital. Salah satu contoh khususnya adalah pengoperasian Kilang Hijau Cilacap Phase 1, yang menghasilkan Green Diesel 3.000 barel per hari.

Kilang Hijau Cilacap Phase 1
Kilang Hijau Cilacap Phase 1

Perusahaan juga fokus pada pengembangan energi baru terbarukan seperti geothermal, hidrogen, dan Energy Storage System (ESS) melalui PT Pertamina Power Indonesia (PPI)​​.

Selain Pertamina, ada juga upaya dari startup seperti Wright Partners dan Fairatmos yang berfokus pada inisiatif pengurangan karbon di Indonesia. Mereka berupaya untuk mengubah pandangan bahwa keberlanjutan hanyalah biaya tambahan dan bukan peluang pendapatan baru.

Contohnya, layanan AtmosCheck yang disediakan oleh Fairatmos menggunakan teknologi remote sensing untuk mengidentifikasi pengurangan emisi karbon. Selain itu, Wright Partners mengembangkan metode untuk memberikan lebih banyak nilai tambah kepada petani padi rendah emisi melalui startup Farming as a Service​​.

Kabar Terkait