Microsoft dan Sony dalam Pengadilan: Konflik Eksklusivitas dan Risiko Bisnis

Microsoft dan Sony bersaing di pengadilan terkait akuisisi Activision Blizzard dan eksklusivitas game. Sony tidak sengaja mengungkap data penting tentang bisnis PlayStation

Oleh: Rendy Andriyanto
Playstation

Playstation

  • Microsoft, melalui CEO-nya Satya Nadella, menegaskan komitmen untuk mempertahankan game Call of Duty di konsol PlayStation Sony di tengah persidangan akuisisi Activision Blizzard Inc. senilai $69 miliar.
  • Sony mengungkap secara tidak sengaja detail bisnis PlayStation-nya, termasuk pendapatan dan margin dari game Call of Duty, serta biaya pengembangan game tertentu, dalam sebuah dokumen yang seharusnya dirahasiakan.
  • Baik Microsoft dan Sony menghadapi tantangan dan risiko dalam upaya mereka memenangkan pasar game, termasuk persaingan judul eksklusif dan eksplorasi teknologi baru seperti cloud gaming.

Pertarungan di arena game kini tak lagi hanya soal eksklusivitas judul game atau superioritas grafis. Kali ini, dua raksasa industri game, Microsoft dan Sony, saling tarik ulur di pengadilan federal. Mereka beradu argumentasi soal akuisisi besar-besaran Microsoft terhadap Activision Blizzard Inc.

CEO Microsoft, Satya Nadella, bersaksi di hadapan hakim US District, Jacqueline Scott Corley, membela akuisisi senilai $69 miliar tersebut.

Dalam kesaksiannya, Nadella menegaskan komitmennya untuk tetap menyediakan game terlaris Activision, Call of Duty, di konsol PlayStation milik Sony. Ia menegaskan keinginannya untuk menghapus konten eksklusif di konsol, menyatakan bahwa jika pilihannya, ia akan menghapusnya.

Namun, fakta bahwa Sony, pemain dominan di pasar konsol, telah “mendefinisikan kompetisi menggunakan eksklusif,” membuat Nadella harus menyetujui norma ini, meski dengan berat hati.

Kesalahan Redaksi Dokumen Sony Mengungkap Informasi Penting

Bukan hanya Microsoft yang berusaha mempertahankan posisinya di arena game. Sony pun demikian. Sebagai bagian dari persidangan FTC v. Microsoft, Sony merilis dokumen yang mencakup detail penting mengenai bisnis PlayStation-nya.

Dokumen tersebut seharusnya merahasiakan beberapa detail, tetapi, sayangnya, informasi tersebut bisa terbaca jelas.

Microsoft CEO Satya Nadella
Satya Nadella : “Microsoft CEO Satya Nadella” tersedia di https://fortune.com/2023/06/29/microsoft-ceo-satya-nadella-testifies-trial-activision-merger-call-of-duty-100-stay-playstation/

Dokumen tersebut membuka tabir tentang biaya pengembangan beberapa game Sony, margin yang dibagi Sony dengan penerbit, serta pendapatan Call of Duty. Dokumen tersebut juga menunjukkan betapa besar dampaknya jika Call of Duty menjadi eksklusif Xbox.

Dalam beberapa pengajuan ke regulator, Sony telah menyatakan bahwa mereka khawatir Microsoft bisa membuat Call of Duty eksklusif untuk Xbox atau bahkan merusak versi PlayStation dari game tersebut.

Laporan tersebut juga menunjukkan bahwa Sony hanya memiliki satu game Call of Duty lainnya sebagai bagian dari kesepakatan pemasaran eksklusifnya dengan Activision.

Risiko dan Peluang dalam Industri Game

Risiko yang dihadapi oleh Microsoft dan Sony menunjukkan betapa intensnya persaingan di industri game. Mereka tidak hanya bersaing untuk mendapatkan lebih banyak pemain, tetapi juga berjuang untuk menjaga hak eksklusif atas judul-judul game top, serta mengeksplorasi teknologi baru seperti cloud gaming.

Bagaimanapun, kesalahan redaksi dokumen Sony dan persidangan antara Microsoft dan FTC telah menyoroti beberapa tantangan yang dihadapi oleh industri ini.

Akhirnya, persaingan ini akan menentukan bagaimana masa depan industri game, baik dari perspektif teknologi maupun model bisnis.

Akhir kata, tak peduli seberapa besar risikonya, tampaknya para pemain besar di industri game siap untuk bermain keras dan bertaruh besar untuk mendapatkan bagian mereka dari kue yang terus berkembang ini. Dan bagi kamu, para gamer, semuanya ini berarti lebih banyak pilihan game dan platform di masa depan.

Kabar Terkait