Google Memecat 28 Karyawan Setelah Protes Kontrak dengan Israel

Telusuri kejadian di balik pemecatan 28 karyawan Google yang terlibat dalam aksi protes terhadap kontrak Nimbus dengan Israel.

Oleh: Rendy Andriyanto
Sundar Pichai

  • Google memecat 28 karyawan karena protes mereka terhadap kontrak Project Nimbus dengan Israel, yang melibatkan kerja sama dengan Amazon untuk menyediakan layanan cloud.
  • Karyawan Google melakukan sit-in di kantor-kantor mereka, memicu penangkapan sembilan orang dan membangkitkan perhatian publik melalui penayangan langsung.
  • Pemecatan ini memicu kritik atas respons Google terhadap kebebasan berpendapat karyawan, menyoroti dilema etika penggunaan teknologi dalam operasi militer.

Techbuddy.id – Google, raksasa teknologi global, menghadapi kontroversi besar-besaran setelah memecat 28 karyawan yang terlibat dalam protes terhadap kontrak Project Nimbus.

Kontrak ini, yang merupakan kerja sama dengan Amazon, dimaksudkan untuk menyediakan layanan komputasi awan dan kecerdasan buatan kepada pemerintah dan militer Israel.

Situasi ini memunculkan pertanyaan mendalam tentang etika dan tanggung jawab sosial perusahaan.

Pemicu Protes dan Reaksi Google

Protes yang diawali pada Selasa di kantor Google di Sunnyvale, California, dan New York, berujung pada penangkapan sembilan karyawan.

Mereka yang ditangkap dituduh melakukan pelanggaran karena duduk-in di kantor tersebut, termasuk di kantor Thomas Kurian, CEO Google Cloud.

Kejadian ini langsung mendapatkan sorotan luas, terutama ketika para karyawan yang terlibat langsung ditutup aksesnya terhadap akun dan fasilitas kerja mereka.

Pada hari Rabu, sebuah memo internal yang dikeluarkan oleh Chris Rackow, Wakil Presiden Keamanan Global Google, mengumumkan pemecatan karyawan tersebut.

Google menyatakan bahwa tindakan mereka adalah respons terhadap pelanggaran kebijakan perusahaan yang mengatur tentang keamanan dan akses ke fasilitas perusahaan.

Akan tetapi, grup yang menamakan diri mereka “No Tech for Apartheid” mengkritik keras tindakan ini dan menilai bahwa pemecatan tersebut adalah bentuk pembalasan.

Dampak Lebih Luas dan Tanggapan Internasional

Peristiwa ini menarik perhatian global, tidak hanya karena implikasi terhadap kebebasan berpendapat dan hak-hak pekerja, tetapi juga karena keterlibatan teknologi tinggi dalam operasi militer dan pengawasan yang kontroversial.

Proyek Nimbus, yang bernilai $1,2 miliar, dilihat oleh banyak pihak sebagai penyediaan infrastruktur yang dapat meningkatkan pengawasan terhadap warga Palestina dan berpotensi memfasilitasi pelanggaran hak asasi manusia.

Protes dan pemecatan ini terjadi di tengah meningkatnya ketegangan antara Israel dan Palestina, dengan serangan-serangan yang berlangsung dan memicu perdebatan internasional mengenai penggunaan teknologi dalam konflik militer.

Bahkan, beberapa karyawan Google menyuarakan kekhawatiran pribadi mereka, dengan menyatakan bahwa mereka tidak ingin terlibat dalam pengembangan teknologi yang dapat digunakan untuk kegiatan militer atau intelijen.

Reaksi atas pemecatan ini bervariasi, dengan beberapa karyawan menyatakan ketidakpuasan mereka dan mempertimbangkan tindakan hukum terhadap Google.

Sementara itu, Google menegaskan bahwa mereka akan terus menyelidiki dan mengambil tindakan yang diperlukan terhadap pelanggaran kebijakan.

Pertanyaan besar yang muncul adalah apakah Google dan perusahaan teknologi besar lainnya akan meninjau kembali kebijakan mereka mengenai kontrak militer dan pemerintah, atau apakah protes ini akan memicu perubahan lebih luas dalam industri teknologi, khususnya berkaitan dengan etika dan transparansi.

Pemecatan massal ini tidak hanya menguji batas-batas kebijakan internal Google, tetapi juga menempatkan sorotan pada tanggung jawab sosial perusahaan-perusahaan teknologi dalam menggunakan teknologi mereka di panggung global.

Ke depan, industri teknologi mungkin perlu lebih mempertimbangkan dampak sosial dan etis dari kontrak dan kemitraan mereka, terutama ketika berhadapan dengan entitas pemerintah dalam situasi yang kompleks dan kontroversial.

Kabar Terkait