Eskalasi Konflik Timur Tengah: Meluas ke 16 Negara, Keterlibatan AS Dibantah

Mencermati perluasan konflik di Timur Tengah yang kini melibatkan 16 negara, termasuk serangan Iran terhadap Israel. Pelajari bagaimana AS menyangkal keterlibatan dalam perang regional yang kian memanas.

Oleh: Rendy Andriyanto
Eskalasi Konflik Timur Tengah: Meluas ke 16 Negara, Keterlibatan AS Dibantah

Dalam sebuah narasi yang terus berulang, konflik di Timur Tengah kini telah meluas melibatkan setidaknya 16 negara, menandai eskalasi serangan yang belum pernah terjadi sebelumnya dari Iran terhadap Israel.

Meski demikian, pemerintahan Biden di Amerika Serikat tetap bersikeras bahwa situasi yang terjadi bukan merupakan perang regional.

Pertanyaan besar yang muncul, “Apakah Amerika menyembunyikan keterlibatannya dalam konflik yang semakin melebar ini?”

Amerika Serikat: Penyangkalan yang Kontroversial

Meskipun Iran dan sekutunya telah melancarkan serangan drone dan misil, AS menanggapi dengan menggerakkan pesawat dan peluncuran misil pertahanan udara dari minimal delapan negara.

Di sisi lain, media AS seperti The New York Times dan NBC tampaknya mengikuti narasi Gedung Putih dengan tidak menggambarkan situasi sebagai perang regional.

Kecaman keras datang dari berbagai pihak yang melihat ini sebagai tindakan pengaburan fakta oleh media yang seharusnya objektif.

Pernyataan resmi yang diulang-ulang oleh pemerintahan Biden bahwa tidak terjadi perang regional semakin menimbulkan kecurigaan. Terlebih lagi, setelah serangan Israel terhadap Kedubes Iran, Pentagon, melalui Sekretaris Pers Brigjen.

Pat Ryder, menegaskan bahwa belum ada konflik regional yang lebih luas, meskipun Iran telah mengirimkan pesan pribadi kepada AS bahwa jika mereka membantu mempertahankan Israel, mereka juga akan menjadi target yang sah.

Jaringan Perang Regional AS: Sebuah Gambaran Besar

Dalam minggu terakhir, Presiden Joe Biden secara pribadi mengarahkan pengerahan pesawat dan kapal perusak misil balistik untuk mendukung pertahanan Israel. Berkat tindakan ini, AS membantu Israel menangkis hampir semua serangan drone dan misil yang masuk.

Sistem pertahanan meliputi baterai misil permukaan-ke-udara jarak jauh Patriot dan Terminal High Altitude Area Defense yang telah ditempatkan di negara-negara seperti Irak, Kuwait, Uni Emirat Arab, Qatar, Arab Saudi, Yordania, serta di basis rahasia Situs 512 di Israel.

Kerjasama ini tidak hanya melibatkan AS dan Israel tetapi juga negara-negara seperti Britania Raya dan Bahrain, yang terakhir ini membeli misil Patriot untuk menjadi bagian dari jaringan ini.

Sementara itu, kegiatan operasional dan pertahanan kapal-kapal Amerika di Laut Merah dan Teluk Aden, termasuk serangan-serangan terhadap target Houthi di Yaman, menunjukkan sebuah gambaran perang yang kompleks dan multi-nasional yang sedang berlangsung.

Perang yang Tidak ‘Resmi’ Tetapi Nyata

Lebih jauh, pernyataan oleh penasihat keamanan nasional Jake Sullivan dan wakil sekretaris pers Pentagon Sabrina Singh yang mencoba menggambarkan Timur Tengah sebagai “lebih tenang dari dua dekade terakhir” hanya menambah ironi situasi yang sebenarnya sangat tegang.

Konflik ini, meskipun diabaikan oleh beberapa pihak, telah meluas jauh melampaui Gaza, menciptakan ketidakstabilan di kawasan dan menguji batas-batas diplomasi global.

Dalam keadaan saat ini, masyarakat global dan regional berhak mendapatkan gambaran yang jelas dan tidak bias tentang apa yang sebenarnya terjadi di lapangan.

Transparansi dan akuntabilitas dari semua pihak, terutama pemerintah dan media, menjadi kunci untuk memahami dan mengatasi konflik ini secara efektif.

Tanpa itu, kita hanya akan terus menyaksikan narasi yang berubah-ubah yang melayani lebih kepada strategi politik daripada kenyataan humaniter yang mendesak.

Kabar Terkait