Yield Farming

Belum tahu apa itu Yield Farming? Ketahui semua informasi tentang Yield Farming hanya di Kamus IT Techbuddy, mulai dari definisi, pengertian, fungsi, dan lain sebagainya

Oleh: Rendy Andriyanto
Mengenal apa Itu Yield Farming

Mengenal apa Itu Yield Farming : “DeFi Deep Dive – What Is Yield Farming?” tersedia di https://moralismoney.com/blog/defi-deep-dive-what-is-yield-farming

Definisi Yield Farming

Yield Farming, sebuah istilah yang telah mendapatkan popularitas besar dalam dunia kripto, seringkali membingungkan bagi mereka yang baru berkenalan dengan konsepnya.

Namun, dua pakar berikut memberikan penjelasan yang cukup ringkas dan mudah dipahami.

Menurut Antonopoulos, seorang penulis buku teknologi dan pakar Bitcoin terkemuka, “Yield Farming adalah proses dimana kita mengunci aset kripto di dalam sebuah kontrak pintar untuk mendapatkan imbal hasil berupa koin lain atau lebih banyak aset kripto yang sama”.

Dari sudut pandang yang berbeda, pakar kripto Linda Xie menguraikan, “Yield Farming, pada dasarnya, adalah cara untuk menghasilkan lebih banyak kripto dari aset kripto yang sudah kamu miliki. Ini adalah konsep di balik metode ‘uang bekerja untukmu’ yang ditransformasikan ke dalam dunia kripto.”

Apa itu Yield Farming?

Yield Farming, juga dikenal sebagai likuiditas pertanian, adalah sebuah taktik yang digunakan dalam ruang DeFi (Decentralized Finance) untuk menghasilkan imbal hasil yang tinggi pada aset kripto melalui interaksi dengan protokol DeFi.

Proses ini dimulai dengan ‘penyewaan’ aset kripto ke platform DeFi. Aset ini disimpan dalam bentuk kontrak pintar dan pada gilirannya, memberikan ‘bukti penyewaan’ berupa token.

Token ini kemudian dapat diperdagangkan, digunakan sebagai jaminan, atau lebih sering digunakan untuk mendapatkan imbal hasil lebih lanjut, menciptakan siklus berkelanjutan imbal hasil.

Bagaimana Yield Farming Bekerja?

Untuk memahami bagaimana Yield Farming bekerja, kita harus melihat lebih dalam ke arsitektur DeFi yang ada. DeFi berjalan pada blockchain, seperti Ethereum, dan menggunakan kontrak pintar untuk melakukan transaksi.

  • Menyetorkan Aset Kripto: Langkah pertama dalam Yield Farming adalah menyetorkan aset kripto ke dalam suatu protokol DeFi. Aset ini mungkin berupa Ethereum (ETH), Tether (USDT), atau token kripto lainnya.
  • Menerima Token Likuiditas: Setelah aset disetor, pengguna akan menerima token likuiditas. Token ini mewakili hak klaim pengguna atas aset yang disimpannya.
  • Staking Token Likuiditas: Token likuiditas kemudian dapat ‘ditaruh’ dalam kontrak pintar lainnya. Proses ini sering disebut sebagai ‘staking’, dan ini memberikan pengguna imbalan tambahan.
  • Menerima Imbalan: Sebagai hasil dari staking, pengguna mendapatkan imbalan berupa token dari protokol tersebut. Imbalan ini bisa dalam bentuk bunga dari aset yang disetorkan atau token baru dari protokol tersebut.
  • Pengambilan Kembali dan Penjualan: Setelah periode waktu tertentu, pengguna bisa mengambil kembali aset kripto mereka serta imbalan yang telah mereka peroleh. Mereka dapat memilih untuk menjual imbalan mereka atau menggunakannya dalam Yield Farming lagi.

Yield Farming memungkinkan orang untuk memaksimalkan keuntungan dari aset kripto mereka dengan memanfaatkan berbagai protokol DeFi.

Namun, seiring dengan peluang menghasilkan keuntungan yang tinggi, ada juga risiko kerugian yang signifikan.

Oleh karena itu, sangat penting untuk melakukan penelitian dan pemahaman yang mendalam sebelum melibatkan diri dalam Yield Farming.

Keuntungan dan Kekurangan Melakukan Yield Farming

Keuntungan Yield Farming

Yield Farming menawarkan berbagai keuntungan yang menarik bagi para investor kripto. Berikut ini beberapa di antaranya:

  • Imbal Hasil yang Tinggi: Salah satu alasan utama Yield Farming begitu populer adalah potensi untuk mendapatkan imbal hasil yang sangat tinggi dibandingkan dengan metode investasi kripto lainnya.
  • Pasif Income: Layaknya deposito, Yield Farming memungkinkan kamu untuk menghasilkan pendapatan pasif dari aset kripto yang kamu miliki.
  • Penguatan Ekosistem DeFi: Dengan berpartisipasi dalam Yield Farming, kamu juga membantu memperkuat ekosistem DeFi dengan meningkatkan likuiditas dan stabilitasnya.

Kekurangan Yield Farming

Meski menjanjikan, Yield Farming bukanlah tanpa risiko. Berikut ini beberapa kekurangannya:

  • Risiko Smart Contract: Kontrak pintar yang digunakan dalam Yield Farming bisa saja memiliki celah keamanan yang bisa dieksploitasi oleh peretas.
  • Volatilitas Harga: Volatilitas harga aset kripto yang ekstrem bisa mengurangi keuntungan atau bahkan menyebabkan kerugian.
  • Kompleksitas: Yield Farming cukup rumit dan membutuhkan pemahaman yang mendalam tentang berbagai protokol DeFi.

Perbedaan antara Yield Farming dan Staking

Yield Farming dan Staking adalah dua metode populer untuk mendapatkan imbal hasil dari aset kripto. Namun, keduanya memiliki perbedaan signifikan.

Yield Farming melibatkan penyewaan aset kripto ke platform DeFi dengan harapan mendapatkan imbal hasil. Imbalan biasanya datang dalam bentuk token lain yang diterbitkan oleh protokol tersebut. Strategi Yield Farming seringkali kompleks dan melibatkan berbagai kontrak pintar dan protokol DeFi.

Staking, di sisi lain, lebih sederhana. Ini melibatkan penguncian aset kripto dalam jaringan blockchain dengan tujuan mendukung operasi jaringan tersebut, seperti validasi transaksi. Imbalan staking biasanya berupa lebih banyak aset kripto yang sama yang di-stake.

Dengan kata lain, Yield Farming biasanya memberikan imbal hasil yang lebih tinggi namun lebih kompleks dan berisiko, sementara Staking lebih sederhana dan aman namun imbal hasilnya cenderung lebih rendah.

Dengan demikian, pilihan antara Yield Farming dan Staking tergantung pada preferensi individu, pemahaman tentang risiko, dan keahlian teknis.

Kabar Terkait