Generasi Muda Dominasi Pinjaman Online (Pinjol), AFPI Ungkap Tren dan Pembayarannya

Temukan bagaimana generasi muda berusia 20-34 tahun menjadi kelompok utama dalam penggunaan platform pinjaman fintech, dengan pembayaran yang lancar dan bijak dalam pengelolaan keuangan.

Oleh: Rendy Andriyanto
Generasi Muda Dominasi Pinjaman Online

Di tengah kemegahan era digital yang terus berkembang, tersembunyi narasi tentang generasi muda yang berjibaku dengan gelombang perubahan.

Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) baru-baru ini mengungkap fakta mengejutkan tentang bagaimana anak-anak muda, terutama mereka yang berada dalam rentang usia 20 hingga 34 tahun, mendominasi skena pinjaman online (pinjol) melalui platform fintech.

Survei ini tidak hanya membuka mata kita tentang bagaimana fintech telah merambah kehidupan sehari-hari, tetapi juga tentang bagaimana gaji yang tidak seberapa sering kali mendorong generasi muda untuk mencari solusi keuangan alternatif.

Dinamika Pinjaman Online di Kalangan Pemuda

Ketua Umum AFPI, Entjik S. Djafar, dalam suatu kesempatan pers mengungkapkan bahwa hampir 80% dari peminjam di platform pinjaman tunai adalah mereka yang berusia 20 hingga 34 tahun.

Fakta ini mengindikasikan bahwa ada suatu fenomena unik di mana generasi muda dengan gaji yang cenderung lebih rendah, terutama yang memiliki pengalaman kerja di bawah lima tahun, cenderung menggunakan pinjaman online untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari mereka.

Tren ini bukan hanya fenomena lokal, tetapi juga terlihat di negara-negara lain seperti Singapura dan China.

Hal ini menunjukkan bahwa kebutuhan akan akses keuangan yang lebih fleksibel dan mudah diakses menjadi suatu kebutuhan global di kalangan generasi muda.

Ketangguhan Pembayaran: Sebuah Harapan

Di balik keprihatinan tentang ketergantungan pada pinjaman online, ada kabar baik. Direktur Komunikasi Korporat AFPI, Andrisyah Tauladan, menekankan bahwa meskipun generasi muda ini berhutang, mereka memiliki rekam jejak pembayaran yang cukup baik.

“Rata-rata pembayaran masih tergolong baik dan lancar, dengan tingkat gagal bayar hanya di bawah tiga persen,” ujar Andrisyah.

Ini menunjukkan bahwa meskipun terdapat tantangan, generasi muda memiliki kesadaran dan tanggung jawab finansial yang cukup tinggi.

Potensi dan Peringatan

Menarik untuk dicatat bahwa UKU, salah satu platform pinjaman teknologi keuangan anggota AFPI, melaporkan bahwa 66% dari peminjam usia produktif di platformnya adalah karyawan yang meminjam untuk modal Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM).

Hal ini mengindikasikan adanya potensi besar di antara generasi muda untuk berkontribusi pada ekonomi melalui inisiatif UMKM.

Namun, Ketua Umum AFPI, Entjik S. Djafar, mengingatkan bahwa penting bagi peminjam, khususnya generasi muda, untuk memahami kemampuan finansial mereka sendiri dan menggunakan pinjaman online dengan bijak.

“Industri ini sebenarnya sangat-sangat membantu masyarakat, terutama kaum muda, namun mereka perlu sadar akan kemampuan dan memahami kebutuhan,” ucapnya.

Dalam gelombang digitalisasi keuangan yang semakin tak terbendung, generasi muda Indonesia menemukan peluang dan tantangan. Fintech lending, sebagai salah satu inovasi finansial terdepan, menawarkan solusi keuangan yang cepat dan mudah.

Namun, seperti pedang bermata dua, teknologi ini juga menuntut kesadaran dan tanggung jawab yang lebih besar dari penggunanya, terutama generasi muda.

Di tengah narasi ini, tergambar jelas harapan bahwa dengan pendekatan yang tepat, fintech dapat menjadi alat yang berharga untuk memajukan kesejahteraan ekonomi generasi muda dan masyarakat luas.

Kabar Terkait