Investasi Rp610 Miliar Geo Energy di Charged Asia: Awal Era Baru Energi
Geo Energy mengambil langkah besar dengan investasi di Charged Asia, sebuah startup kendaraan listrik. Baca selengkapnya tentang dampak dan konteks industri ini di Indonesia

- Geo Energy, perusahaan penambangan batu bara besar di Indonesia, telah berinvestasi $4 juta dalam perjanjian pinjaman convertible dengan Charged Asia, perusahaan manufaktur motor listrik, dengan opsi untuk menambah investasi hingga $36 juta untuk menjadi pemegang saham mayoritas.
- Investasi ini merupakan respons terhadap kualitas udara yang memburuk di Jakarta dan sekitarnya, dan sejalan dengan upaya Geo Energy untuk diversifikasi dan memperkuat posisinya di pasar energi global, serta mendukung visi Indonesia untuk meningkatkan penggunaan kendaraan listrik.
- Meskipun pasar kendaraan listrik di Indonesia cukup besar, dengan nilai estimasi lebih dari Rp300 triliun, Charged Asia akan bersaing dengan pemain lain seperti Blitz Mobility, ALVA, dan MAKA Motors untuk mendapatkan bagian dari pasar yang sedang berkembang ini.
Jika ada yang mengira bahwa perusahaan penambangan batu bara tak bisa bermain hijau, maka berpikirlah lagi. Geo Energy, pemain besar di industri batu bara Indonesia, melangkah berani dengan menanamkan dana besar di dunia kendaraan listrik.
Ya, kalian tak salah dengar. Perusahaan yang dulu “mengotori” lingkungan kini bermaksud “membersihkan” udara—terutama di Jakarta dan sekitarnya, yang telah menjadi ikon polusi udara global.
Mengapa Geo Energy dan Mengapa Sekarang?
Pertanyaan ini muncul seiring berita bahwa Geo Energy, melalui anak perusahaannya Geo Electric, telah menandatangani perjanjian pinjaman sebesar $4 juta dengan Charged Asia, perusahaan manufaktur motor listrik asal Indonesia. Lebih dari itu, Geo Energy bahkan siap menambah investasi hingga $36 juta untuk menjadi pemegang saham mayoritas di Charged Asia.
Seolah tak mau ketinggalan, Charged Asia juga sudah memperoleh pendanaan sebelumnya senilai $4,5 juta dari DeClout Ventures. Dan kini, dengan suntikan dana dari Geo Energy sebesar $40 juta (sekitar 610 miliar Rupiah), sepertinya Charged Asia siap melaju kencang.
Ancaman atau Peluang: Konteks Industri di Indonesia
Bagi yang mengikuti perkembangan industri otomotif dan energi di Indonesia, investasi ini bisa menjadi game-changer. Dengan udara di Jakarta dan kawasan Jabodetabek yang semakin memburuk, investasi di sektor kendaraan listrik menjadi langkah yang cukup masuk akal.
Namun, perlu kamu ketahui, Charged Asia bukanlah satu-satunya pemain di ranah ini. Ada Blitz Mobility, ALVA, dan MAKA Motors yang juga sedang berjuang untuk sepotong pasar kendaraan listrik, yang menurut laporan AC Ventures dan Asosiasi Ekosistem Mobilitas Listrik (AEML), bernilai sekitar $20 miliar atau lebih dari Rp300 triliun.
Dalam rangka diversifikasi dan memperkuat posisinya di industri global, Geo Energy tampaknya sudah memilih jalannya. Adapun Kementerian Perindustrian Indonesia sendiri sudah menetapkan target ambisius: 1,76 juta kendaraan bermotor listrik berbasis baterai dan 400 ribu unit untuk roda empat pada tahun 2025.
Jadi, apakah Geo Energy dan Charged Asia bisa menjadi jawaban untuk Indonesia yang lebih hijau? Waktulah yang akan menjawab.